Selasa, 26 Oktober 2021

MENULIS ITU MUDAH

 

Pertemuan ke-10
Senin, 25 Oktober 2021


Benarkah Menulis itu Mudah ? Benar. Kata Siapa ? Kata narasumber malam ini yaitu Bapak Dr Ngainun Naim yang dibersamai oleh maoderator cantik Ibu Aam Nurhasanah. Menulis itu MUdah ya ? Iya. Bagi siapa ? Bagi yang sudah bisa menulis, tentunya menulis itu MUDAH. Bagi yang tidak terbiasa menulis maka menulis itu TIDAK MUDAH. Penulis pemula itu ibarat anak kecil yang baru belajar berjalan. Pada mulainya diawali dengan melangkahkan satu langkah, kemudian bisa jatuh, bangun lagi dan jatuh lagi. Begitu seterusnya sehingga semakin lama semakin tidak jatuh-jatuh lagi. Akhirnya bisa berjalan 100 % dan bahkan bisa berjalan sambil pejam mata, sambil joget-joget, bahkan bisa berjalan sambal angkat beban berat. Begitu juga halnya dengan menulis. Jika mulanya sering jatuh bangun dijalani dan dinikmati saja, nanti akhirnya baru bisa merasakan enak dan mudahnya menulis.

          Berikut adalah tipe-tipe penulis yang disampaikan narasumber malam ini. Termasuk tipe penulis yang keberapa kita ? Tipe 1: Penulis tidak kenal musim, Tipe 2: Penulis musiman, Tipe 3: Penulis yang pernah produktif, Tipe 4: Penulis yang muncul dengan karyanya, dan Tipe 5: Penulis cita-cita

Untuk mengetahui lebih jauh termasuk tipe keberapa kita ini, mari kita tengok sebentar CONTOH tulisan sang narasumber pada link berikut :

https://www.spirit-literasi.id/2021/10/tipe-dan-kuadran-menulis.html
https://www.spirit-literasi.id/2021/07/menulis-dan-makluk-aneh.html
https://www.spirit-literasi.id/2021/09/literasi-sebagai-pilihan-hidup.html
https://www.spirit-literasi.id/2020/10/membaca-bergizi.html
 

BAGAIMANA  AGAR MENULIS ITU MENJADI MUDAH ?

Pertama, Mindset. Setting pikiran kita bahwa menulis itu MUDAH. Setiap pikiran adalah doa sebagaimana “Aku adalah sesui dengan prasangka hambaKu”. Jadi kita sebagai hamba Allah jika berfikir sesuatu (menulis) itu mudah maka menulis akan menjadi mudah, dan jika berfikir sulit maka akan menjadi sulit.

Kedua. Menulis itu KETERAMPILAN SEKOLAH DASAR. Jadi untuk jadi penulis tidak harus kuliah S1, S2, ataupun S3. Pendidikan bukan jaminan untuk bisa menjadi seorang penulis.

Ketiga. BANYAK MEMBACA. Membaca adalah salah satu modal dasar untuk bisa menulis dengan baik. Kenapa demikian ? Dari membacalah kita akan mudah menemukan dan BISA mengembangkan IDE TULISAN. Mari kita telusuri kembali perintah membaca dan menulis ini yang tertuang dalam QS. Al-‘Alaq: 1-4 yang artinya: 1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha mulia. 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena (alat tulis). Kata “baca” dalam ayat di atas di ulang sampai dua kali dan ditulis sebelum kata ‘tulis”. Jadi dari QS. Al-‘Alaq bisa dikatakan bahwa untuk bisa menulis dengan baik seyogyanya diawali dan diimbangi dengan banyak membaca !!! dan terus membaca !!!

Keempat. Meluangkan waktu, bukan menunggu waktu luang. Saya yakin bahwa dari hari ke hari kita semakin sibuk. Jika menuruti kesibukan maka kita tidak akan membaca apalagi menulis dengan baik.

Kelima. Rajin MENGAMATI, MENCATAT, dan MENGOLAH menjadi tulisan. Agar pengamatan menjadi maksimal maka penulis itu harus sering mengasah ketajaman pendengaran, penglihatan, dan bahkan penciumannya. Setelah mengamati mencatatlah mencatat (bisa di hp atau kertas memo) apa yang ditemukan. Kemudian diolah menjadi tulisan.

Keenam. BELAJAR menulis kepada SEORANG PENULIS. Pengalaman seorang penulis tidak bisa menjadi motivasi maupun inspirasi kita dalam menjalani proses menuju seorang penulis yang sebenarnya.

 

 

Sebuah pendapat mengatakan bahwa awal mula kebiasaan itu dari PAKSAAN. Jadi awalnya harus dipaksa dulu. Nanti kalau sudah sering akan menjadi terbiasa. Setelah terbiasa akhirya bisa meningkat menjadi pasiion/gya hidup.

Musuh terbesar menulis itu diri sendiri. Padahal PERCAYA DIRI ITU adalah DASAR menuju SUKSES. Mari kita buang segala keraguan. Jadi, mari terus berproses agar kualitas segera mengiringi perjalanan kita yang memimpikan menjadi penulis yang bisa mewujudkan bahwa “MENULIS itu MUDAH”

 

Palangka Raya, Oktober 2021

Salam,

semoga sukses

Senin, 25 Oktober 2021

IDE MENULIS BAGI GURU

 


Pertemuan ke-9

Jumat, 22 Oktober 2021

Mengenal Sosok Narasumber. Wijaya Kusumah, S.Pd, M.Pd  (biasa dipanggil om Jay), Lahir di Jakarta, 28 Oktober 1971 adalah seorang pendidik. Syukur tiada henti malam ini bisa menimba ilmu dari guru blogger Indonesia yang memiliki motto Hidup “Kejujuran Kunci Keberhasilan dan Kesuksesan”, dan  Hobbi “Menulis di blog”. Beliaulah yang menggagas dan menggerakkan kegiatan “Pelatihan Belajar Menulis PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)” Daring Via Wa Grup Belajar Menulis yang sampai hari ini sudah mencapai gelombang 21 dan 22. Luar biasa, pelatihan gratis 100 % dengan menampilkan berbagai narasumber handal dalam bidang tulis menulis.

Terlalu banyak pengalaman dan prestasi beliau untuk dibeberkan di resume ini. Untuk mengenal lebih jauh tentang narasumber yang dibersamai oleh moderator cantik ibu Rosminiyati ini silahkan berselancar di https://wijayalabs.com/about/

Ini adalah bblog internet yang pernah dibuat beliau (see):

·         http://wijayalabs.wordpress.com

·         http://wijayalabs.blogspot.com.

·         http://omjaylabs.wordpress.com

·         http://kompasiana.com/wijayalabs

·         http://facebook.com/wijayalabs

·         http://twitter.com.com/wijayalabs

 

Apa itu ide ? Banyak orang yang sudah mengetahui tentang ide. Meski demikian mari kita menelisik apa itu ide ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ide adalah perasaan yang benar-benar menyelimuti pikiran, Rancangan yang tersusun di dalam pikiran, Gagasan, Cita-cita. Jadi ide merupakan sesuatu yang masih tersimpan di pikiran atau otak kita. Berharga kah ide itu ? Kehadiran ide dalam pikiran harus kita syukuri, karena ide itu adalah sesuatu yang sangat  berharga. Ide ini sebagai salah satu modal penulis yang harus dikelola dan dikeluarkan dalam bentuk tulisan yang bermakna.

 

Mengapa kita harus menghargai ide ? Selama ide gagasan belum dituangkan menjadi suatu pemikiran dalam bentuk tulisan, maka ide akan tetap menjadi ide di dalam pikiran. Bagaimana jika ide tidak bisa dituangkan dalam tulisan ? Jika terjadi demikian, maka bisa diibaratkan seperti halnya  orang yang bercita-cita menjadi pebisnis namun tidak terwujud. Seseorang dengan modal (uang) yang cukup, tetapi tidak bisa menggunakan uangnya untuk usaha apa atau bisnis apa, akhirnya niat berbisnis pun tidak akan pernah terwujud. Jadi rugi kan jika modal tidak terpakai ? Apalagi jika modal hanya mengendap di rekening saja ? Demikian juga ide sebagai salah satu modal seorang penulis. Jika ide tidak dituangkan dalam bentuk tulisan yang bermakna maka tidak akan bisa mewujukan impian kita sebagai penulis.

Dari mana datangnya ide menulis ? Ide menulis seorang guru sangat banyak dan beragam. Bisa muncul dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan apa yang dipikirkan guru dalam menjalankan tugas dan amanahnya sehari-hari. Misalnya pada saat sedang mengajar, saat menemani anak di rumah, saat di majelis ta’lim, saat berkunjung ke tetangga, saat di perjalanan menuju ke sekolah dansebagainya.

Bagaimana cara memulai menuangkan ide dalam tulisan ? Berikut ini adalah trik yang diberikan oleh narasumber om Jay. Pertama, Memulai dengan menulis 3 alinea, yaitu linea pembuka, isi, dan penutup. Kedua, Mengembangkan tulisan dengan merumuskan dalam bentuk  5W dan 1H (What, Why, Where, When, Who,dan How). Di google.com  sangat mudah membantu kita untuk menemukan jwaban dari rumus 5 W dan 1 H ini. Ketiga, Tidak usah terlalu merumitkan tentang tata bahasa atau gaya Bahasa, atau bagus tidaknya tulisan kita.

Misalnya cerita tentang Pengalaman Memperpanjang SIM (Surat Ijin Mengemudi). Informasi ini banyak diperlukan orang. Kita sebagai guru juga bisa menceritakan pengalaman kita dalam memperpanjang SIM. Caranya bagaimana ? Berikut ini adalah pengalaman om Jay yang ditulis di beberapa blog yang dikelolanya. “Jumat, 22 Oktober 2021, pukul 17.00 WIB, saya mendapatkan nomor antrian untuk pemeriksaan kesehatan perpanjangan SIM A di Polres Bekasi. Caranya sangat mudah. Kita hanya mengetik pelayanan SIM di polres Bekasi melalui mesin pencari google.com.” Kemudian dicopy paste alinea pertama ke blog pribadi yang dikelola (bisa dilihat di bawah ini)


(https://wijayalabs.com)


( http://www.blogger.com)


di website https://gurupenggerakindonesia.com

Itulah tulisan di alinea pertama yang dicopy dan ditampilkan di beberapa blog. Alenia selanjutnya bagaimana ? Untuk penulis pemula sering mengalami ketidaklancaran untuk melanjutkan tulisan. Kita bisa berselancar di youtube.com (dengan mengetik “pengalaman memperpanjang sim di Bekasi”. Ini tampilan di beranda youtube


(www.youtube.com

Setelah mendapatkan tambahan info dari youtube kita bisa melanjutkan tulisan di alenia kedua dan alenia ketiga (penutup), dengan menggunakan pilihan kata kita. Selamat mencoba menulis minimal 3 (tiga) alenia dulu di blog.

Dan akhirnya inilah jargon om Jay yang senantiasa mengimbaskan energi positif ke peserta pelatihan belajar menulis PGRI “MENULISLAH SETIAP HARI, DAN LIHATLAH APA YANG TERJADI”. Semoga kita bisa mengikuti jejak sang guru om Jay. Aamiin Yaa Rabb


Salam 

Kamis, 21 Oktober 2021

KOMITMEN MENULIS DI BLOG

 

Pertemuan ke-8
Senin, 20 Oktober 2021



Tentang judul Materi

Komitmen adalah tindakan/dedikasi untuk melakukan sesuatu. Blog (dari kata web log)  yang mulai dikenal di amerika (tahun 1994), adalah website berupa media online yang berisi konten dalam bentuk artikel, video, dan foto yang dikelola oleh seorang blogger atau beberapa orang penulis. Dengan kata lain blog adalah majalah pribadi/jurnal/catatan harian yang bisa diisi dengan  apapun yang kita mau. Isi blog tidak hanya berupa tulisan tetapi juga bisa berupa, foto, video.

Dengan demikian komitmen menulis di blog merupakan bentuk dedikasi yang mengikat seseorang (dengan sukarela/tanpa ada unsur paksaan) untuk mengisi media blog dengan tulisan, foto dll dengan sesuatu yang bisa memberikan nilai manfaat untuk orang lain.

 

Bagaimana Suasana Belajar Menulis Pertemuan Ke- 8 ?

Suasana pelatihan belajar menulis via whatsaap grup (wag) malam pada pertemuan ke-8 nampak berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Pada malam ini narasumber Drs. Dedi Dwitagama, M.Si. (mohon ijin saya panggil “pak dedi”) memohon moderator (bu Aam Nurhasanah) untuk tidak mengunci wag. Padahal pada pertemuan sebelumnya  jika sudah mulai masuk materi pelatihan belajar menulis, maka wag  selalu dikunci. Setelah membaca doa, moderator memperkenalkan narasumber. Narasumber pak Dedi tidak langsung memaparkan materi namun langsung diisi dengan sesi tanya jawab terkait materi “komitmen menulis di blog”. Peserta sangat antusias untuk bertanyak sejak dua menit pertama sesi tanya jawab dibuka. Pertanyaan yang diajukan peserta adalah seputar materi bahkan ada pertanyaan di luar materi. Semua telah terjawab dengan jelas dan terperinci.

Selaku peserta pelatihan belajar menulis saya “merasa menyesal” karena terlambat (baru sekarang) bisa mengenal sosok narasumber. Di balik penyesalan ini saya sangat bersyukur masih diberikan kesempatan mengenal dan sekaligus bisa menimba ilmu secara online dari narasumber hebat. Oh ya narasumber pak Dedi ini adalah gurunya om Jay. Beliaulah yang menarik dan memotivasi om Jay sampai om Jay bisa menjadi pelogger handal seperti sekarang.  Pak Dedi (seorang pendidik, trainer, motivator) dengan segudang prestasinya tidak mungkin saya tampilkan satu persatu di sini. Untuk mengenal lebih dekat pak dedi silahkan kunjungi di alamat ini.

https://trainerkita.wordpress.com/about/







Tentang Netizen. Netizen sebagai pengunjung blog adalah raja. Ibaratnya seorang pembeli, netizen harus kita muliakan dan bahagiakan nesizen sebagai pembeli, dengan suatu tulisan (informasi) yang diperlukannya. Kita tidak bisa memaksakan netizen utk berkunjung dan mendekam terus menerus di bog kita. Namun jika netizen mengunjungi blog kita dan meninggalkan pesan maka sudah selayaknya kita memberikan balasan dan apresiasi melebihi dari apa yang telah diberikan ke kita.  Inilah salah satu cara untuk menarik pengunjung. Seperti halnya blog pak Dedi yang sangat LUAR BIASA BANYAK jumlah pengunjungnya.  Silahkan berselancar di blog beliau.

 

Bagaimana Agar Komitmen Menulis Di Blog?

Pertama, Blog Walking (BW). Kunjungi blog orang lain dan tinggalkan komentar. Sebaliknya ketika blog kita DIKUNJUNGI dan DIFOLLOW orang lain, segeralah FOLLOW BALIK blog orang lain tersebut. Jika ada orang memberi komentar di postingan kita, maka segera balas komentarnya. Hal demikian bisa meningkatkan kunjungan pembaca di kemudian hari.

 

Kedua, Menulis Segera . Segera tuliskan ketika datang ide dan langsung diposting . Kita tidak usah terlalu memikirkan kualitas. Kualitas tulisan akan terbentuk secara otomatis sesuai dengan perjalanan waktu Dari mana datangnya ide ? Ide bisa muncul ketika kita sedang/setelah membaca buku, membaca berita, membaca blog orang lain, foto dan video diri ataupun orang lain.

 

Ketiga, Menabung Ide dan Menjadwalkan —– Ketika muncul banyak ide/ tulisan lain waktu yang bersamaan, segera tulis (atau simpan/tabung sebagai draft dulu). Semakin banyak tabungan tulisan maka akan semakin kaya tulisan. Kapan tabungan tulisan dikeluarkan. Jangan dikeluarkan sekaligus (jangan diposting sekaligus). Buatlah jadwal kapan kita akan menayangkan tulisan kita. Penjadwaan bisa kita atur setiap hari atau tiap dua hari sekali atau seminggu sekali atau sebulan sekali.

 

Akhirnya marilah kita mulai menulis, menulis lagi, dan menulis terus. Pada mulanya tulis apa saja, tulis apa apa adanya, gk usah bagus atau tidak apa-apa (maaf…..), mau dibaca orang atau tidak, tidak usah dipikiri.

 "Menulislah dengan bebas dan secepat mungkin, dan tuangkan semuanya ke atas kertas. Jangan melakukan koreksi atau menulis ulang sebelum semuanya habis Anda tuliskan". - John Steinbeck

Selanjutnya mari kita manfaatkan waktu luang kita sebelum datang waktu sempit. Kapan waktu luang ? Pada saat  menjemput atau menunggu anak pulang sekolah, saat suami/istri/anak sedang belanja/aktivitas lain, saat rapat dan pejabat/pimpinan rapat belum datang, saat nunggu keberangkatan/kedatangan pesawat di bandara dll



Palangka Raya, 21 Oktober 2021

Kustiyah

Selasa, 19 Oktober 2021

MENGATASI WRITER’S BLOCK

 


Pertemuan ke-7
Senin, 18 Oktober 2021



Mengenal Sosok Narasumber

Kegiatan pelatihan belajar menulis PGRI yang diadakan 3 kali dalam seminggu ini selalu menampilkan narasumber yang senatiasa tampil beda. Sampai malam ini Senin tanggal 18 Oktober 2021 sudah sebanyak 7 kali pertemuan kelas belajar menulis gelombang 21 dan 22. Dengan demikian sampai malam ini sudah sebanak 7 orang narasumber yang berani tampil luar biasa. Salah satunya adalah seorang ibu guru dari Cipeundeui, Subang, Jawa Barat bernama Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.  sebagai narasumber dengan dimoderasi oleh ibu  Maesaroh. Sang moderator mulai membuka kegiatan dengan mempersilahkan peserta untuk membaca doa sebelum belajar, kemudian memperkenalkan narasumber. Narasumber mengawali karir sebagai peserta di kelas belajar menulis PGRI pada gelombang 7. Sekarang sudah berhasil menunjukkan kepiawaiannya dalam menulis, hingga naik kelas menjadi moderator dan menjadi narasumber di berbagai pelatihan. Profil lengkap narasumber bisa dilihat di blog berikut :

https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html

    Kegiatan selanjutnya adalah dengan simulasi menulis bebas (bisa puisi, pantun, pentigraf, dll) yang mengandung 3 kata : HUJAN, PAGI, HANTU. Waktu menulis selama 15 menit. Jawaban peserta ada yang menulis dengan tulisan singkat, ada  juga yang menulis dengan tulisan panjang. Ada juga yang belum sempat menulis karena bingung dan tidak tahu harus mau menulis apa (seperti yang saya alami malam ini).  Ibu moderator sendiri ternyata ikut menulis tulisan bebas yang akhirnya dijadikan quote berikut.



Apa Writer’s Block (WB) ?



Seorang penulis pemula maupun penulis professional, pe-blogger, screen writer,  dan script writer bisa terkena WB. WB adalah kondisi ketika penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya (wikipedia). Jadi WB ini bisa dikatakan sebagai “PENYAKITNYA SANG PENULIS”. WB sebagai penyakit tentunya bisa dicegah bila belum menyerang dan bisa diobati jika sudah menyerang penulis

 

Apa Faktor Penyebab WB?




Pertama. Topik baru/yang asing  dan metode baru

Topik asing/metode baru dalam menulis bisa membuat kita mengalami WB. Misal biasanya menulis puisi kemudian harus menulis KTI. Bagaimana solusinya? Solusi nya adalah dengan mempelajari lebih seksama terkait metode/topik baru tersebut. Atau jika terkait topik/tema, kita bisa istirahat sejenak saat menulis lalu membaca referensi tambahan terkait tema baru untuk memperkaya wawasan dan kosa kata kita.

 

Kedua. Stress

Stress bisa menjadi penyebab WB jika kita sangat MENGKHAWATIRKAN PENILAIAN ORANG LAIN.  Beberapa pertanyaan yang mengkhawatirkan diri penulis misalnya "Apakah orang lain akan suka atau tidak dengan apa kutulis? Apakah tulisanku sudah sesuai PUEBI atau belum ya? Diksinya oke atau tidak ok ya? ". Berbagai pertanyaan sejenis inilah yang bisa membuat kita terserang WB. 

Solusinya bagaimana ? Mari kita pasang selftalk bahwa "kita tak akan pernah bisa membuat semua orang menyukai diri kita (apalagi tulisan kita). Kita HARUS YAKIN bahwa apa yang kita tulis akan tetap bermanfaat minimal bagi diri sendiri”

 

Ketiga. Lelah fisik/mental.                                            

        Penyebab lelah karena banyak pekerjaan ataupun karena work under pressure bisa menyebabkan terjadinya WB. Pandai-pandai kita mengelola dan menyiasati tumpukan pekerjaan dengan HATI RIANG sehingga keleahan bisa tergantikan oleh kebahagian.

 

Keempat. Terlalu perfeksionisnya.

        Misal: Tulisan saya harus dibaca oleh ribuan atau jutaan orang. Tulisan yang diajukan untuk mengikuti lomba harus menjadi juara lomba. Jika tulisan ini saya kirim ke media cetak (misalnya Kompas) harus diterima redaksi. Jika tidak maka tidak akan nulis lagi. Jadi sebaiknya jangan terlalu perfeksionis!!! yang penting tulis apa adanya apa yang harus ditulis.

 

Bagaimana cara mencegah terjadinya WB ?


Berdasarkan penelitian WB merupakan suatu hal konkrit dan fenomena yang bisa diatasi (dari Yale psychologist pada 1970 an dan 1980 an). Simulasi MENULIS BEBAS yang pada awal pelatihan malam ini  adalah salah satu Latihan untuk  menghindari terjadinya WB.  Menulis bebas adalah menulis sembarang, TANPA MEMPERHATIKAN aturan penulisan tanda baca, kesesuaian dengan PUEBI, dan  juga pemilihan diksi. Jadi yang penting nulis dulu, tidak usah mikir benar dan salahnya, karena jika salah masih bisa diperbaiki pada tahap berikutnya.

 

Mengapa kita harus menulis bebas


            Dari laman Writer’s Digest ditemukan bahwa menulis bebas akan membantu otak kanan dalam hal menggali kata-kata. Kita juga akan bisa menemukan ide-ide baru untuk menulis banyak hal. Mari kita kunjungi contoh tulisan bebas “saat mulut bekerja lebih cepat” yang pernah dibuat narasumber (namun sudah mengalami revisi). 

https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/07/saat-mulut-bekerja-lebih-cepat-daripada.html


Bagaimana cara mengobati WB

Serangan WB pada penulis bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun (tergantung pada pengobatannya). Cara mengobati serangan WB adalah BERHENTILAH MENULIS untuk sementara. Selanjutnya kita bisa melakukan aktivitas yang bisa menjadi “obat”, misalnya dengan jalan-jalan ke mall, menonton film, ataupun makan atau makanan kesukaan seperti bakso, ice cream atau es campur. Semakin cepat diobati semakin cepat sembuh.

            Mari kita waspadai adanya WB sejak dini . Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kegiatan menulis bebas sebagai kegiatan yang bisa mencegah serangan WB. Bismillah. Yang penting menulis saja, menulis dulu, menulis lagi, dan terus menulis.

 

Salam Literasi

Dari Kota Cantik Palangkaraya


Sabtu, 16 Oktober 2021

MENULIS MEMBUATKU NAIK KELAS

 

           Resume ke-6 Jumat, 15 Oktober 2021


Sebagian judul materi belajar malam ini adalah dua kaya “naik kelas” merupakan suatu hal yang selalu didambakan oleh siswa kita di sekolah. Untuk bisa naik kelas tentunya siswa harus menjalani ujian demi ujian. Jika berhasil karena prestasi nya maka siswa bisa naik kelas menuju jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Biasanya semakin tinggi tingkat semakin berat juga materi yang ujian. Sama halnya kelas belajar menulis yang dibina oleh Om Jay beserta tim ini. Ujian tahap awal yang harus dijalani peserta pelatihan di sini adalah harus bisa menulis minimal 20 resume di blog dan bisa menulis buku solo. Ini adalah materi ujian yang cukup menantang khususnya bagi penulis pemula.

        Sebelum materi pelatihan disampaikan, narasumber ibu Aam Nurhasahah (bu Aam) dengan didampingi moderator kece Ms. Phia mengadakan brainstorming dengan melemparkan pertanyaan ke forum dengan menggunakan mentimeter: “Apa tujuan anda menulis?”. Dengan penuh antusias para peserta memberikan jawaban spontannya. Berikut rekap jawaban peserta pada menit pertama. 




Selaku peserta saya sendiri memberikan jawaban pada menit berikutnya dengan jawaban "kaya" dan "masuk surga". Nah, ternyata goal (tujuan) masing-masing peserta tidak sama. Meskipun tujuan berbeda-beda, namun tujuan pemateri malam ini adalah berupayaa berbagi pengalaman bahwa kegiatan belajar menulis bisa membuat kita bisa naik kelas.


        Bagaimana Pengalaman menjadi Seorang Penulis. Saat itu bu Aam Nurhasanah adalah sebagai peserta (siswa) dari kelas belajar menulis yang tidak lulus di gelombang 8 karena tidak bisa menyelesaikan jawaban  ujian yaitu menulis resume. Kemudian beliau mengulang kembali menjadi siswa di gelombang 12. Setelah focus di gelombang 12 akhirnya lulus dengan berhasil melahirkan buku solo perdananya berjudul  buku antologi pertamanya “Semangat Menulis Bersama Bu Kanjeng “ dan buku solonya berjudul “Mengukir Mimpi jadi Penulis Hebat”. Berikut tampilan buku antologi dan buku perdana yang membuat bu Aam lulus dari kelas belajar menulis om Jay.








(https://www.youtube.com/watch?v=F5K0iKBNMoE)


Bagaimana Pengalaman menjadi seorang Moderator ? Setelah lulus dari gelombang 12 bu Aam naik kelas dan mengabdikan diri menjadi moderator pada pelatihan menulis di gelombang berikutnya. Berkat ketekunan dan keuletan sebagai moderator dan penulis akhirnya beliau berhasil menulis buku antologi berjudul “Jejak Digital Moderator Andal”. Jadi semakin bertambah tugas dan amanah yang dilaksanakan semakin memacu semangat menulis apa yang telah dilaksanakan.



Seorang ibu guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah ini telah berhasil menapaki kelas demi kelas yang lebih tinggi tantangannya. LUAR BIASA! Dari kelas penulis naiklah ke kelas moderator, dan seterusnya naik kelas menjadi curator. Bagaimana Pengalaman beliau menjadi Seorang Kurator ? Kurator buku adalah  suatu profesi spesialis yang mengurus, merawat, menjaga, mencatat, mengatalogkan, mensahihkan dan menafsirkan buku.Untuk menerbitkan buku antologi diperlukan antara lain seorang kurator. Buku antologi adalah buku kumpulan karya tulis yang ditulis sendiri atau ditulis oleh beberapa orang penulis.

Apa Tugas seorang Kurator Buku ? Menampung, mengkoordinasikan pengecekan isi dan penulisan seluruh naskah peserta, cover, judul sebelum naskah dimasukkan ke penerbit. Dan terakhir curator bisa memastikan buku antologi sampai ke tangan penulis. Link berikut menggambarkan secara lengkap pengalaman bu Aam menjadi seorang curator buku antologi.



       Pengalaman Pertama menjadi Seorang Editor. Pengalaman menulis berbagai buku antologi dan buku solo yang tersebar di medsos. Dari dunia medsos ini akhirnya bu Aam bertemu dengan muridnya (bernama Juminah). Juminah adalah  adalah seorang gadis yang mengorbankan masa mudanya untuk tulang punggung keluarga. Karena harus membiayai sekolah adik-adiknya maka Juminah HARUS bekerja sebagai TKI di Saudara Arabia. Sambil bekerja Juminah mengisi waktu luang nya untuk menulis. LUAR BIASA!!! Cara Juminah mengirimkan naskah saat itu hanya melalui whatsapp. Tulisan Juminah ini akhirnya diedit beliau (bu Aam sebagai editor) dan berhasil cetak  menjadi sebuah novel dengan judul “Seindah Takdir Cinta”.  Berikut sampul/profil novel Juminah.




        Sampai saat ini bu Aam telah menulis sebanyak 30 judul buku (4 buku solo + 2  buku due + 24 buku antologi). Selanjutnya beberapa resep yang disajikan agar  bisa menjadi penulis yang cepat naik kelas (dari penulis pemula sampai menjadi editor). Pertama, banyak membaca dan aktif di komunitas menulis.  Kedua, sering mengadakan blog walking tulisan teman. Dengan mengadakan blog walking kita bisa belajar dari kelebihan penulis lain di blog. Ketiga, Belajar mengedit sebelum memposting tulisan pribadi untuk menghindari typo (salah ketik). Dari isi dan kesalahan lainnya kemudian bisa diperbaiki dan seterusnya, maka lambat laun kita akan terbiasa mengedit. Akhirnya bisa naik kelas menjadi seorang editor. Nah untuk menjadi seorang editor harus menguasai  PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)dan focus KBBI (Kamus Besara Bahasa Indonesia) online.



Pernyataan terkhirnya agar bisa naik kelas adalah "ALLOHUMMA PAKSAIN".



Salam dari Palangka Raya

MENULIS SEMUDAH CEPLOK TELUR

 


Resume Rabu, 13 Oktober 2021 Pukul 19.00 – 21.00 WIB

Tak kenal maka tak sayang. Berikut profil pemateri malam ini yaitu ibu guru cantik yang berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur) http://www.guruinspirasintt.com/2021/09/profil-ibu-guru-cantik.html

Penulis pemula dan yang belum pernah mencoba penulis biasanya dihantui dengan kalimat  pernyataan negative yaitu “menulis itu sulit dan membosankan” . pernyataan inilah yang terkadang sulit diubah maupun di-skip dari pikiran para penulis pemula. Berkaitan dengan lekatnya pernyataan negative tersebut, maka narasumber malam ini (Dra. Lilis Ika Herpianti Suktikno, S.H.) dengan didampingi sang moderator milenial  Bapak Dail Ma’ruf, berusaha memotivasi peserta pelatihan untuk menghilangkan mindset negative menjadi mindset positif, yaitu “menulis itu mudah semudah masak ceplok telur”. Kenapa mesti telor ceplok ? Ceplok telur adalah salah satu  makanan yang banyak disukai berbagai kalangan masyarakat. Memasaknya tidak perlu waktu lama. Setelah telur dipecah, langsung digoreng, matang dan langsung bisa dihidangkan.  Berbeda halnya dengan masak rendang yang merlukan waktu beberapa jam baru bisa dinikmati.  Jadi nara sumber hebat kali mengajak kita untuk mengubah mindset awal “Menulis itu Sulit” menjadi mindset “Menulis Itu mudah dan enak semudah masak ceplok telur”    . Dalam hal ini beliau menambahkan bahwa "Menulis itu seperti candu. Semakin kita memiliki banyak karya, semakin kita kecanduan untuk menulis". Inilah mindset pemateri yang terpatri kuat di benak beliau sehingga beliau punya mimpi untik menerus menulis judul buku "Hadiah Untuk Bundaku"  sampai menjadi 1100 jilid. Maasya ALlaah. Luar Biasa . Yaa Rabb ... mudahkanlah agar impian beliau ibu guru cantik ini segera terwujud. Aamin. Yaa Rabb



Untuk bisa menulis semudah masak telur ceplok tentunya tidak bisa langsung sim-salabim, jadi harus  melewati tahapan-tahapan tertentu. Berikut ilustrasi tahapan yang harus dilalui oleh seorang penulis agar menjadi penulis terbaik yang namanya tetap tercatat di sepanjang masa.

https://www.youtube.com/watch?v=3gsgiNH7jQs&t=29s

 

(Kisah Sebatang Pensil Paulo Choelho)

Dari kisah sebatang pensil tersebut ada 5 hal penting yang harus dipahami dan diamalkan agar kita bisa mudah menjadi penulis yaitu: Pertama. Penulis sanggup melakukan HAL BESAR, namun jalan lupa bahwa ada tangan dan pikiran yang membimbing kita yaitu tangan dan pikiran milik TUHAN YANG MAHA SEGALANYA. Untuk diingat bahwa tidak punya apa-apa dan tidak bisa apa-apa!!! Kedua. Dalam perjalanan seorang penulis akan mengalami hal-hal yang MENYAKITKAN, tetap terima dan syukuri dan jalani dengan lapang karena hal inilah yang dapat menguatkan dan mempertajam diri kita sebagai penulis. Ketiga. Sebagai penulis tentu tak lepas dari BERBAGAI KESALAHAN, namun kita diberikan kesempatan dan kemampuan untuk memperbaiki setiap kesalahan yang telah kita lakukan. Keempat. Bagian terpenting dari seorang penulis BUKAN BAGIAN LUARNYA melainkan bagian yang ada DALAM DIRI yaitu hati, maka menulislah dengan hati bersih. Kelima. Dalam kondisi sesulit apapun kita harus tetap menulis, maka JANGAN MUDAH MENYERAH dengan keadaan tersulit yang sedang kita hadapi

                Kurangnya motivasi dan niat yang kuat untuk bisa menulis, berdampak pada kenyataan di lapangan. Kenyataan menunjukkan bahwa jumlah penulis lebih sedikit dibanding jumlah pembaca. Untuk mengatasi kenyataan ini maka ruang pelatihan belajar menulis ini adalah sarana yang tepat untuk belajar menulis khususnya bagi penulis pemula.  Kita sebagai pembelajar sudah memiliki modal dasar bisa menulis yaitu membaca dan membaca !!!, Yukkkk kita tingkatkan dan pertahankan semangat menulis dengan lebih banyak membaca. Dalam hal ini Emha Ainun Najib (cak Nun ) mengatakan bahwa, “Jika menulis diibaratkan sebagai kegiatan BAK (buang air kecil), dan membaca  diiibaratkan minum air, mungkinkah kita bisa BAK kalau kita tidak  minum ?" Jadi jika kita menginginkan banyak BAK maka banyak-banyaklah minum. Akhirnya jika kita menginginkan untuk bisa bisa menulis dengan mudah, maka banyak-banyaklah membaca lagi dan membaca terus!!!

Mengapa kita ini harus menulis ?  Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak dalil tentang perintah menulis dari Allah SWT yang terkandung dalam Al Quran maupun hadits Rosulullah SAW. Pertama, , Rasulullah SAW  bersabda: “Qoyyadul ‘ilmu bilkitabi“ (Ikatlah ilmu dengan menulisnya). Bahkan beliau memerintahkan sahabatnya agar menulis ilmu. Kedua, salah satu sahabat Nabi adalah  Abdullah bin Amru mengatakan bahwa: “Tulislah. Demi dzat yang jiwanya ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran”.   Ketiga,  Imam Syafii berkata : “Ilmu adalah ibarat binatang buruan, dan tulisan adalah tali yang mengikat binatang buruan tersebut. Maka Ikatlah buruan-buruan mu dengan tali yang kokoh dan kuat”. Jadi jika ilmu diibaratkan seperti hewan buruan (kijang)  apabila tidak diikat akan terlepas. Begitu pula ilmu apabila tidak ditulis maka akan hilang atau tidak ingat dikarenakan factor keterbatasan daya ingat manusia. Dengan demikian MENULIS ini sebenarnya merupakan KEWAJIBAN kita.

 

Semoga kita bisa menikmati nikmatnya ceplok telur dengan terus berusaha dan mempraktikkan menulis setiap hari

 

"Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah KEMAUAN KERAS untuk menulis dan kemudian MEMPRAKTIKKANNYA. Orang yang hanya mempunyai kemauan menulis, namun tidak pernah melakukannya, maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya". - Stephen King



Salam dari  Palangka Raya




RAPAT MANKORAYA, 04-01-2022

Pembicara Rapat Koordinasi Awal Semester Genap MAN Kota Palangkaraya Tahun Pelajaran 2021/2022 Peserta Rapat (Awal) Pada hari Selasa 4 Janua...